Di Mana Allah ?
Posted on August 10, 2011 by Fulan
Dalam suatu pengajian selepas shalat Isya’ menjelang shalat
Tarawih pada bulan Ramadhan 1426 H yang lalu di suatu masjid di daerah
Depok, seorang penceramah melontarkan satu pertanyaan kepada para
hadirin yang hadir pada saat itu. Pertanyaan yang dilontarkan sangat
simpel dan sederhana, yaitu, “Di mana Allah?”. Mendengar pertanyaan yang
mungkin belum pernah terdengar, para jamaah yang hadir tersebut diam
dan tidak terdengar ada jawaban. Lalu penceramah tersebut mengulangi
lagi pertanyaannya, “Bapak-bapak, Ibu-ibu Di mana Allah?”. Setelah
ditunggu beberapa saat tidak terdengar juga ada jawaban. Namun tanpa
disangka dan diduga dua anak kecil yang berada di shaf (barisan) paling
belakang duduk di dekat pintu masuk khusus kaum pria, mereka berdua
dengan wajahnya yang sangat polos menjawab, “Allah di langit”.
Dalam kesempatan lain dan di tempat lain, penceramah tersebut juga
mengajukan pertanyaan yang sama kepada jamaah yang hadir, “Di mana
Allah?”. Ada seorang hadirin yang menjawab, “Allah ada di mana-mana dan
Dia ada di setiap tempat”, ada lagi yang mencoba untuk menjawab: “Allah
ada di hati kita”. Ada lagi yang lainnya mengatakan, “Allah tidak punya
tempat”, yang lain lagi mengatakan, “Kita tidak boleh menanyakan hal
itu”.
Allah subhanahu wata’ala adalah Rabb yang haq dan wajib kita
ibadahi dan bahkan kita diperintahkan oleh-Nya secara rutin untuk
melaksanakan ibadah shalat sebanyak 5 kali sehari semalam sebagai bentuk
penyembahan dan pengabdian kita yang sangat agung kepada-Nya. Hal itu
kita lakukan agar kita tergolong sebagai hamba-Nya yang bertauhid.
Dan juga setiap do’a yang kita panjatkan dan kita munajatkan
kepada-Nya setiap ada waktu dan kesempatan, lalu kita tengadahkan kedua
tangan kita “ke atas” yang mengindikasikan bahwa Dzat yang kita sembah
adalah Maha Tinggi.
Masih banyak pemahaman aqidah kaum muslimin ini yang perlu diluruskan, sebab mayoritas mereka belum mengenal Allah subhanahu wata’ala secara benar,
artinya aqidah mereka masih banyak yang menyimpang, hal ini terbukti
dari jawaban-jawaban mereka yang salah ketika menjawab pertanyaan yang
terlihat sederhana seperti; “Di mana Allah?”. Ini mengindikasikan bahwa
aqidah kaum muslimin masih cukup memprihatinkan dan perlu adanya
pembenahan.
Kekeliruan semacam ini sebagai akibat dari informasi-informasi yang
tidak bisa dipertanggungjawabkan yang ditiupkan oleh manusia-manusia
yang kurang paham dalam bidang aqidah, sehingga merusak fithrah kaum
muslimin.
Padahal untuk menjawab pertanyaan “Di mana Allah,” tidak mesti
seseorang itu berkapasitas sebagai seorang ulama, sebab fithrah manusia
yang masih suci akan mampu memberikan jawaban yang tepat. Sebagai contoh
adalah kasus di atas; dua anak kecil mampu memberikan jawaban yang
benar dan tepat ketika menjawab pertanyaan “Di mana Allah?”.
Marilah kita simak pula sebuah hadits shahih berikut ini, “Seorang shahabat Nabi yang bernama Mu’awiyah Bin Hakam As-Sulamy radhiyallahu ‘anhu, dia memiliki seorang budak wanita yang ingin dia merdekakan, akan tetapi sebelum dia dimerdekakan oleh Mu’awiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajukan dua pertanyaan kepada budak wanitanya tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Di mana Allah ?” Lalu dijawab oleh budak wanita itu, “(Allah itu) di langit”, lalu Nabi bertanya lagi, “Siapa saya ini?”, dijawab oleh budak wanita itu, “Engkau adalah Rasulullah.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Merdekakan dia, karena dia seorang mukminah (yang beriman dan beraqidah secara benar)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah Ahli Hadits, diantaranya; Imam
Muslim, Imam Malik, Imam Abu Daud, Imam Nasa’i, Imam Ahmad, Imam
Baihaqi, Imam Daarimi, Imam Ibnu Khuzaimah, dan lain-lain.
Hadits ini merupakan hujjah (dalil) yang sangat kuat untuk membantah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala ada di mana-mana dan Dia berada di setiap tempat. Hadits ini menerangkan dengan sangat jelas tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala “di atas langit”.
Imam Adz-Dzahabi setelah membawakan hadits ini di dalam kitabnya “Al-‘Uluw,”
beliau berkomentar: “Yang demikian itulah pendapat kami (artinya dia
sejalan dengan hadits di atas), setiap ada orang yang bertanya, “Di mana
Allah? “Maka dia (orang yang ditanya) dengan fitrahnya akan segera
menjawab, “(Allah ) Di atas langit!” Di dalam hadits ini ada dua
permasalahan:
Pertama; Disyari’atkan seorang muslim bertanya (kepada saudaranya), “Di mana Allah?”,
Kedua; Jawaban orang yang ditanya (hendaklah
mengatakan), “Di atas langit!” Barangsiapa yang mengingkari dua
permasalahan ini maka dia berarti telah mengingkari Al-Musthafa
(Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam
“.
Imam Ad-Darimi membawakan hadits ini dalam kitabnya, Ar-Raddu ‘ala Al-Jahmiyyah. Lalu beliau berkata, “Di dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ini dijelaskan dengan terang, bahwa apabila seseorang tidak mengetahui
keberadaan Allah yang berada di atas langit dan bukan di bumi, maka dia
bukanlah seorang mukmin. Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjadikan tanda keimanannya (budak perempuan) tersebut adalah pengetahuannya tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas langit.
Penjelasan tentang istiwa’ (bersemayam) Allah di atas ‘Arsy
di langit-Nya telah ditegas-kan oleh Allah sendiri di tujuh tempat dalam
Al-Qur’an; (1) S. Thaha ayat 5, (2) S. Al-A’raf ayat 54, (3) S. Yunus
ayat 3, (4) S. Ar-Ra’du ayat 2, (5) S. Al-Furqon ayat 59, (6) S.
As-Sajdah ayat 4 dan (7) S. Al-Hadid ayat 4.
Madzhab Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka, seperti imam
yang empat: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad Bin
Hambal dan Imam-Imam yang lainnya, termasuk Imam Abul Hasan al-Asy’ary,
mereka berkeyakinan sama dan mengimani keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas langit dan bersemayam di ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
Dalam kitab Minhaj Al-Firqoh An-Najiyah karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu hafidzahullah, beliau menukilkan beberapa ungkapan ulama dari kalangan As-Salafush Sholeh tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas ‘Arsy-Nya, diantaranya:
Imam Al-Auza’iy , berkata, “Kami dari kalangan Tabi’in mengatakan; sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Mulia sebutan-Nya berada dia atas ‘Arsy-Nya, kami mengimani
sifat-sifat-Nya sebagaimana apa adanya menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
.
Imam Abu Hanifah , berkata, “Barangsiapa yang berkata saya tidak tahu
apakah Rabb-ku berada di langit atau di bumi, maka sungguh dia bukan
seorang muslim, karena Allah subhanahu wata’ala sesungguhnya telah berfirman, (Ar-Rahmân ‘Alal-‘Arysistawâ, (artinya: Dzat Yang Maha Pengasih bersemayam di atas ‘Arsy), dan ‘Arsy-Nya itu di atas langit yang tujuh. Jika dia mengatakan; sesungguh Dia (Allah subhanahu wata’ala)
di atas ‘Arsy-Nya bersemayam, akan tetapi saya tidak tahu apakah ‘Arsy
itu berada di langit atau di bumi, maka dia juga bukan seorang muslim,
karena sesungguhnya dia telah mengingkari bahwa Allah subhanahu wata’ala
berada di atas langit. Dan barangsiapa yang mengingkari keberadaan-Nya
di langit, berarti dia telah kufur, karena sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala
adalah Dzat yang paling tinggi di atas segala yang tinggi, dan para
Hamba-Nya meminta (berdo’a) kepada-Nya dengan menengadahkan tangan ke
atas dan bukan ke bawah).
Imam Asy-Syafi’i , berkata, “Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala
berada di atas ‘Arsy-Nya (dan ‘Arsy-Nya itu) di atas langit-Nya, Dia
mendekat kepada makhluk-Nya, (bagaimanapun caranya) sesuai dengan yang
Dia kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia (langit
pertama), (bagaimanapun caranya) sesuai dengan yang Dia kehendaki”.
Imam Malik , ketika beliau ditanya tentang bagaimana cara “Istiwa`” (bersemayam) Allah subhanahu wata’ala di atas ‘Arsy-Nya, beliau menjawab: “Istiwa` maknanya sudah jelas/terang (tidak perlu ditanyakan lagi), sedangkan bagaimana cara Allah ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya tidak dapat kita ketahui, beriman dengan sifat Istiwa’
Allah ini adalah wajib dan bertanya tentang hal itu (yaitu bagaimana
cara Allah ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya) adalah bid’ah. Lalu Imam Malik
, memerintahkan agar orang yang bertanya tersebut dikeluarkan dari
majlisnya, sebab dia telah ragu terhadap salah satu sifat Allah subhanahu wata’ala yaitu ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya, sedangkan hal itu tidak pernah ditanyakan oleh generasi sebelum mereka.
Imam Ibnu Khuzaimah (beliau ini imamnya para imam), berkata di dalam kitabnya At-Tauhid, “Kami beriman dengan pemberitaan wahyu dari Allah subhanahu wata’ala, sesungguhnya Pencipta kami (Allah), Dia berada di atas ‘Arsy-Nya, kami tidak akan mengganti/mengubah firman Allah subhanahu wata’ala
tentang hal ini, dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak
pernah dikatakan oleh Allah kepada kami, (tidak) sebagaimana kaum yang
menghilangkan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala seperti kaum Jahmiyyah yang telah berkata: sesungguhnya Allah Istaula (berkuasa) di atas ‘Arsy bukan Istawa (beristiwa’), mereka ini dengan lancangnya telah mengubah firman Allah subhanahu wata’ala
yang tidak pernah diucapkan Allah kepada mereka. Sikap mereka ini
sebagaimana sikap kaum Yahudi yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengucapkan perkataan, “Hiththotun” (ampunilah dosa-dosa kami) tapi mereka justru mengucapkan, “Hinthotun” (gandum), seperti itulah kaum Jahmiyyah”. (Abu Abdillah Dzahabi).
Seni dan Teater
A. Wawasan Seni
Wawasan seni adalah pandangan, sikap, pendekatan, dan pengertian teatang prinsip berkesenian dan terhadap hasil karya seni. Kesenian adalah setiap hasil karya manusia yang mengandung keindahan atau setiap ekspresi (ugkapan ) diri manusia yang hendak menyampaikan gejolak jiwanya melalui proses penciptaan yang didasarkan atas nilai etis dan estetis. Wawasan yang akan dibahas disini adalah wawasan seni yang dikaitkan dengan pendidikan kesenian disekolah umum.
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kepekaan terhadap rasa keindahan yang sama. Adapun yang membedakan manusia satu dengan lainnya adalah kadar kepekaannnya. Apabila kadar kepekaan terhadap rasa keindahan orang dapat memberikan tanggapan penghargaan dan penilaian yang dari lainnya. Kepekaan terhadap rasa keindahan dapat dilatih dengan menghadapkan seseorang kepada suatu hasil ungkapan yang berwujud hasil karya seni, melalui sentuhan-sentuhan inderawi dengan menggunakan kepekaan rasa yang dimiliki. Tinggi rendahnya penghargaan terhadap karya seni bergantung pada kadar kepekaan terhadap rasa keindahan yang dimiliki seseorang.
Pendidikan kesenian di sekolah menengah umum pada dasarnya memberikan bekal kepada siswa untuk dapat mempertinggi dan mempertajam kadar kepekaannnya terhadap rasa keindahan. Hasil karya seni yang dinamakan kesenian merupakan hasil budi daya manusia yang diungkapkan dengan menggunakan kepekaan rasa estetik (rasa keindahan) terhadap lingkungan sekitar. Dalam proses mewujudkan keingginan manusia berekspresi dapat dipilih suatu media yang diinginkan antara lain gerak, suara, bunyi, laku, bahan, warna, dan garis. Bentuk karya seni dapat berupa :
1. Seni sastra ( menggunakan media ekspresi kata atau bahasa )
2. Seni tari ( menggunakan media gerak tubuh)
3. Seni musik (menggunakan media ekspresi bunyi dan suara)
4. Seni teater (menggunakan media ekspresi laku dan suara )
5. Seni rupa ( menggunakan media ekspresi bahan, garis, wujud )
Berdasarkan media yang digunakan, kesenian dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu :
1. Seni sastra : prosa ( cerpen, novel dan esai) dan puisi
2. Seni pertunjukan : musik, tari dan drama
3. Seni rupa : lukisan, patung, kriya, grafis dan arsitektur.
Sesuai dengan pengertiannya, seni sebagai alat ekspresi gejolak jiwa manusia. Oleh sebab itu pendidikan yang diajarkan hendknya menyangkut masalah:
1. Mempelajari proses penciptaan karya seni
2. Mengenal unsur - unsur seni
3. Merasa ikut serta dalam proses penciptaan
Dalam pendidikan seni teater di sekolah menengah umum, kalau siswa disuruh mencoba praktik berakting atau menyutradarai suatu pertunjukan, sebenarnya dia sekaligus dilatih untuk ikut merasakan dan mencoba proses penciptaan tersebut, dan diharapkan dapat berpartisipasi aktif. Dalam proses ini, jika siswa tidak mampu bermain ( berakting ) dengan baik, hal itu tidak jadi Yang penting adalah bahwa siswa ikut berpartisipasi. Siswa tidak ijadi peaain teater yang baik, tetapi siswa dirancang dan dilatih untuk merasakan bagaimana suatu proses penciptaan dilakukan. Disini bukan sebagai tujuan tetapi sebagai sarana pendidikan.
B. PENGERTIAN SENI TEATER
Kata teater beasal dari kata Yunani lama ' Theatron ' yang berarti gedung atau tempat pertunjukan. Kata Yunani Theatron diturunkan dari kata Theomai yang berarti' dengan takjub melihat atau memandang' sehingga teater secara luas dapat diartikan ;
1. Gedung pertunjukan atau tempat kegiatan seni dilakukan
2. Publik atau auditorium/ tempat penonton menyaksikan pertunjukan
3. Karangan/cerita yang mengenai kegiatan
Teater adalah segala bentuk pertunjukan yang ditonton oleh publik atau penonton disuatu tempat. Drama yang berasal dari kosa kata Yunani Dran yang artinya berbuat, bergerak atau berlaku. Drama mempunyai pengertian yang lebih sempit dibanding dengan teater, drama berarti laku yaitu syatu ekspresi kesenian memperagakan suatu cerita ( hasil sastra yang disebut lakon ) dalam suatu pertunjukan yang menggunakan laku atau dialog ( kata ) sebagai alat unkapnya.. Sandiwara berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata Sandi dan Warah. Sandi artnya rahasia, sedangkan Warah artinya pengajaran, ki hadjar Dewantara mengartikan Sandiwara sebagai pengajaran yang dilakukan lewat perlambang. Dengan demikian teater dapat di rumuskan sebagai berikut
Teater adalah suatu kegiatan berekspresi yang bertolak dari alur cerita yang dipertunjukan dengan menggunakan tubuh sebagai media utama, sedangkan dalam proses penciptaannnya digunakan unsur gerak, suara , bunyi dan rupa yang disampaikan kepada penonton.
Berdasarkan rumusan diatas, unsur-unsur teater terdiri atas :
1. Tubuh sebagai media utama (pemeran,pelaku.pemain)
2. Gerak sebagai assar penunjang ( gerak tubuh dan peran )
3. Suara sebagai unsur penunjang utama (kata/dialog/ucapan dan peran)
4. Banyi sebagai unsur pembantu penunjang (bunyi benda,efek dan musik )
5. Rupa sebagai unsur pembantu penunjang ( setting,dekorasi,kostum dan cahaya)
6. Cerita sebagai unsur utama penjalin proses penciptaan suatu bentuk seni teater.
Pendidikan seni teater sebenarnya adalah pendidikan tentang kehidupan manusia, lengkap dengan problema yang terdapat dalam kehidupan, pendidikan moral, watak/karakter, konflik kehidupan, dan segala aspek kehidupan lainnya. Dalam kelompok seni, teater merupakan kelompok seni yng kolektif artinya adalah bahwa proses penciptaan suatu hasil karya seni teater tidak dapat dikerjakan atau diciptakan oleh satu orang, tetapi dilakukan atau dibantu oleh beberapa orang, seni kolektif menuntut suatu kerjasama ensamble yang dipimpin oleh seorang sutradara. Dengan mempelajari proses penciptaan karya seni teater, berarti kita juga belajar bekerja sama dengan orang lain, menghargai orang lain dan taat pada ketentuan kebersamaan.
C. PENGETAHUAN TEATER
1. Pengenalan Bentuk Teater
Bentuk teater di Indonesia terdiri atas Teater Tradisional dan Teater Modern.Teater Tradisional adalah suatu bentuk seni teater yang berakar dan bersumber dari tradisi masyarakat lingkungannya. Tetare ini dihasilkan oleh kreativitas suku bangsa Indonesia di beberapa daerah dan bertolak dari tradisi yang sejalan dengan tata kehidupan dan kebudayaan daerah serta adat istiadat masyarakatnya. Teater Tradisional adalah milik masyarakat yang pengolahannya didasarkan atas cita rasa seniman pendukungnya, erat hubungannya dengan kehidupan dan pandangan hidup serta nilai tradisi yang dimilikinya. Teater Tradisional bertolak dari sastra lama, sastra lisan. Karena bertolak dari sastra lisan, maka cara pengungkapan bentuk teaternya dilakukan dengan spontan, yaitu melalui ungkapan yang improvisatoris.
Teater Modern adalah suatu bentuk yang sering disebut sebagai Teater Tidak jarang menyebutkannya sebagai Teater naskah karena Mmkm bertitik tolak dari karya sastra, yang disusun untuk suatu lakon Secara teknis Teater Modern, bersumber dari konsep «rnkai oieh teknik dan hukum dramaturgi. Konsep teknis idah dituangkan dalam aturan dan tatanan yang orang yang berminat mempelajarinya. Oleh karena itu, yang akan diajarkan bertolak dari pendekatan teknis Teater modern (Barat).
2. Dramaturgi
Dramaturgi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk drama, yang ak dari suatu lakon yang akan diperrunjukan diatas panggung. Seni drama pada hakekatnya adalah bentuk kesenian yang memantulkan perikehidupan manusia dengan segala masalahnya dalam bentuk permainan diatas panggung yang bertolak dari naskah lakon. Penggambaran prilaku diatas panggung tidak cukup hanya secara badaniah/jasmaniah, yaitu gerak laku yang terlihat mata tetapi juga mneggambarkan, gerak laku rohaniah/batiniah. Gerak laku lahiriyah pada hakekatnya adalah ungkapan dari gerak rasa batiniah, yang dirasakan secara emosional lalu diungkapkan atau terpancar lewat gerak laku lahiriah. Perikehidupan manusia bersendi pada unsur - unsur psikologi yang menentukan sepak terjang dan sikap hidupnya dalam masalah yang dihadapi menurut watak/karakter dan kepribadiannya.
Dalam seni drama, suasana akan terasa lebih hidup, lebih bergerak, dan lebih dinamis apabila didalamnya terdapat konflik dan benturan - benturan. Hakekat seni drama ialah pengungkapan dalam bentuk laku segala kemampuan psikis (kemampuan kejiwaan) yang terkandung dalam diri manusia setelah mendapat rangsangan dari konflik - konflik dalam kehidupan. Isi drama pada umumnya adalah masalah kehidupan manusia yang lengkap dengan konflik dan segala aspek kehidupan. Seniman yang bergerak di bidang teater harus menguasai persoalan dramaturgi, baik seniman tersebut sebagai pengarang lakon maupun sebagi sutradara, bahkan para pemain dan seluruh staf produksi pun harus mnegenal apa yang disebut drmaturgi.
Lakon sebagai suatu karya teater belumlah lengkap sebagai suatu hasil karya seni teater sebelum dipentaskan di atas panggung atau divisualkan, yaitu diperagakan secara visual diatas panggung. Dramaturgi adalah ilmu yang mengungkapkan seluk beluk lakon untuk dapat dipertunjukan atau divisualkan ujud peragaan diatas panggung. Dalam pementasan suatu drama, unsur yaag dapat “menghidupkan” naskah lakon diatas pentas adalah laku (action) atau disebut juga gerak laku. Nilai dramatik yang terkandung didalamnya diperoleh dari laku tersebut, sedangkan laku dapat muncul karena adanya konflik dalam lakon.
3. Dramatik dalam lakon
Unsur utama lakon adalah laku dramatik, sedangkan laku dramatik ditimbulkan dek adanya konflik. Konflik terdapat dalam kehidupan lakon, padahal hakekatnya adalah penggambaran kehidupan sebenarnya di atas panggung. Suatu pementasan tema dapat hidup apabila kita dapat memunculkan laku tersebut.
4. Konflik sebagai Unsur Pokok Sebuah Drama
Konflik pada hakekatnya terdapat dalam kehidupan. Karena sebuah lakon menggambarkan kehidupan, maka lakon harus mengandung konflik yang sering disebut krisis, tekanan, ataupun ketegangan. Krisis, tekanan atau ketegangan seringkah melibatkan konflik. Ada tiga tipe dasar yang menyebabkan terjadinya konflik.
a. Konflik antara manusia dengan manusia
Dalam hal ini konflik dapat bersifat fisik ( adu kekuatan, bertengkar, adu mulut, berkelahi) atau dapat juga bersifat mental,( memeras otak untuk saling mengungguli).
b. Konflik antara manusia dan dirinya sendiri
Dalam hal ini konflik umumnya bersifat kejiwaan, mental, dan moral. Konflik antara karakter seseorang, ketamakan, ambisi, cinta, tugas, dan kesadaran moral.
c. Konflik antara manusia dan kekuatan luar
Dalam hal ini konflik mencakup masyarakat, alam lingkungan, Tuhan, takdir, atau nasib.
5. Tata Pentas
Tata pentas dalam pementasan drama sangat penting karena setidaknya dapat memperlihatkan tempat kejadian yang berhubungan dengan ruang waktu dan kapan kejadian tersebut terjadi. Penampilan tata pentas lebih menghidupkan drama yang akan dipertunjukan. Aliran apa. yang dianut dalam menciptakan tata pentas sudah dapat dilihat pada kesan pertama secara visual. Kehadiran tata pentas, disamping merupakan sarana pendukung dalam pementasan, dapat lebih menghidupkan suasana cerita yang dipentaskan.
6. Fungsi Teater di Indonesia
Di Indonesia kegiatan seni teater mempunyai berbagai fungsi:
a. Teater untuk keperluan upacara Teater tradisional di Indonesia pada umumnya di zaman dahulu banyak digunakan untuk keperluan upacara, bahkan upacaranya sendiri dilakukan dalam bentuk kegiatan teater. Tiap pemain, yaitu peserta upacara, merupakan penonton dan sekaligus juga ikut aktif dalam upacara itu sendiri.
b. Teater untuk keperluan ekspresi seni dan hiburan Teater tradisional, setelah digunakan untuk keperluan upacara, diperlukan juga untuk masyarakat lingkunganya, yaitu untuk hiburan. Seni pertunjukan yaitu kegiatan kesenian yang memang dipersiapkan untuk dipertunjukan di depan penonton. Unsur suatu seni pertunjukan :
1. Materi kegiatan
2. Seniman yang melakukan kegiatan
3. Penonton yang menyaksikan kegiatan
c. Teater untuk keperluan penyampaian pesan Teater untuk keperluan hiburan pada mulanya hanya untuk keperluan mengisi waktu senggang dengan maksud untuk menghibur diri. Dalam perkembangannya, para seniman teater ingin sekaligus memanfaatkan fungsi teater sebagai media penyampaian pesan, yaitu dapat berupa pendidikan atau penerangan. Unsur penciptaan teater menjadi sangat penting, yaitu dengan munculnya cerita - cerita yang berkaitan dengan karya sastra.
Tips Praktiks Belajar Cepat

1. Persiapkan Mental
Bunuh rasa takut Anda. Jangan pernah merasa takut bahwa Anda tidak akan dapat mengerjakan ujian. Jangan bayangkan hasil ujian yang buruk. Anda harus membayangkan hasil ujian yang baik agar Anda merasa bahagia dan nyaman sekaligus ceria. Jangan pernah ragu untuk mengatakan, “Gampanglah! Cepeklah! Cepeklah!” Munculkan motivasi. Ingat kembali bahwa Anda sedang berjuang demi cita-cita Anda. Ingat kembali keluarga Anda di kampung halaman sana. Ingatlah bahwa perjuangan Anda akan menentukan bangsa ini! Pasang mental Juara. Seorang juara akan selalu berjuang hingga titik darah penghabisan, tanpa peduli hasil akhir yang akan ia dapatkan.
2. Persiapkan Fisik
Untuk bisa belajar dengan efektif, Anda harus sehat. Mulailah dengan push up sebanyak 25 kali untuk memproduksi hormon endorfin yang akan memberikan efek ketenangan pada psikis Anda. Selain itu, push up juga akan memperkuat otot lengan Anda sehingga Anda siap untuk menulis dan menghapus jawaban ujian Anda.
Minum susu. Semua orang tahu bahwa susu bergizi, namun hati-hati jika Anda meminum susu ketika malam sebelum ujian. Karena Anda pasti mengantuk dan tidur sehingga Anda tidak sempat menjalankan sistem kebut semalam! Ingat untuk mengimbangi teh dengan kopi agar Anda tidak mengantuk. Selain itu jangan lupa untuk menyikat gigi Anda sehabis minum kopi. Gigi yang putih dan bersih akan membantu Anda untuk semakin percaya diri dalam mengerjakan soal ujian.
Mandilah sebelum belajar. Badan yang segar akan memberikan Anda semangat yang lebih untuk belajar. Habiskan beberapa menit di depan cermin untuk meyakinkan diri Anda bahwa Anda siap untuk belajar. Jangan lupa untuk membasahi seluruh kulit kepala Anda untuk memberikan stimulus kepada kepala agar siap untuk belajar.
Pakailah baju yang nyaman untuk belajar. TIDAK DISARANKAN untuk belajar tanpa mengenakan pakaian!
Sekarang Anda telah memiliki menyal juara dan fisik pembelajar. Anda telah siap untuk melangkah ke persiapan berikutnya.
3. Tentukan Apa yang ingin Anda Pelajari
Di saat-saat menjelang ujian, kita sering sekali menemui kebingungan apa yang harus kita pelajari. Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari tahu, mata kuliah apa yang akan diujikan besok. Jangan lupa tanyakan waktu ujian agar Anda mengerti berapa waktu yang Anda miliki untuk belajar.
Setelah mengetahui mata kuliah apa yang akan diujikan, dan sisa waktu yang Anda miliki untuk belajar, sekarang Anda harus menentukan bahan ujian yang akan Anda pelajari. Tanya kepada orang yang paling rajin di kelas, apa saja bahan ujian. Setelah itu buatlah daftar bab yang diujikan. Perkirakan apakah waktu yang Anda miliki cukup untuk mempelajari semua bahan ujian. Tentukan bahan ujian apa saja yang akan Anda pelajari.
4. Belajarlah
Ya mulai aja belajarnya, karena kalau Anda tidak pernah memulai maka Anda tidak akan pernah selesai! “Karena satu tindakan mengalahkan sejuta ucapan”
Sumber: http://ahtcceria.wordpress.com/
https://ridwan202.wordpress.com/artikel/tip-belajar-cepat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar